selamat menikmati perjalanan di blogger saya



web widgetsselamat menikmati perjalanan menjelajah di blogger saya

Selasa, 03 Maret 2015

Pulau Simeulue, Salah Satu Destinasi Pilihan Situs SurverLiving


Add caption
Situs wisata surfing terbesar dunia yang beralamat di SurverLiving.com, memilih Pulau Simeulue Provinsi Aceh sebagai salah satu tujuan wisata yang direkomendasi bagi pecinta ombak alias surfer.
Ini menjadi nilai lebih untuk pariwisata di Aceh, apalagi dalam waktu dekat Simeulue akan menjadi tuan rumah acara Aceh International Surfing Championship 2013. Bagaimana keindahan pulau yang beribukota Sinabang ini, berikut beberapa foto yang dilansir oleh SurverLiving.com.
Bagaimana Anda tertarik dengan keindahan pantai di Simeulue, tunggu apalagi rencanakan liburan Anda untuk ke Aceh dan nikmati keindahan di “Simeulue Ate Fulawan (Simeulue Berhati Emas)”. (ed)

Pulau Simeulue, Sorga dan Penyangga Tsunami Samudra Hindia



1367342218987972423
Sebuah kawasan pantai di Latak Ayah, kecamatan Simeulue Cut yang indah dan eksotik. Sumber gambar : abanggeutanyo
Setelah menempuh perjalanan darat dari Banda Aceh ke Labuan Haji (salah satu kecamatan di kabupaten Aceh Selatan) selama 8 jam perjalanan darat, akhirnya  penulis tiba di pelabuhan Labuan Haji.
Sore menjelang malam (29/4) suasana pelabuhan yang diguyur hujan mulai ramai oleh para penumpang dan kendaraan pribadi dan sejumlah colt diesel bermuatan aneka kebutuhan untuk dikirim ke pulau Simeulue.
Tepat pukul 22.00 kapal feri KMP Sinabang bermuatan 400-an penumpang dan sejumlah 18 truk dan kendaraan pribadi bertolak ke sebuah pulau indah menawan di Samudra Hindia.
Pulau yang berada sekitar 150 km dari lepas pantai barat Aceh dan dihuni oleh sekitar 100 ribuan jiwa dalam 10 kecamatan ini disamping terkenal dengan hasil cengkehnya yang berlimpah juga dikenal dengan kondisi alamnya yang menawan, terutama wisata baharinya. Sekitar lebih dari lima puluh besar dan kecil yang berada sepanjang garis pantainya ikut mengawal “sepanjang masa” pulau Simeulu.
Perjalanan awal di mulai dari kota Sinabang menuju ke kecamatan Salang sejauh 90 km.  Di sini terkenal dengan budidaya udang Lobster yang sebagian besar untuk di ekspor. Di sini juga terkenal dengan wisata selancar di pantai Busong. Sejumlah turis domestik dan dunia terlihat hilir mudik dengan kendaraan pribadi mengangkut peralatan selancar.
Sepanjang jalan dipesisir pantai yang telah beraspal mulus itu kita temukan sejumlah kawasan dengan hamparan rumput hijau menawan di sisi pantainya yang membiru diantara pohon kelapa.
Kemudian dari Salang kita kita menuju ke Alafan sejauh 30 kilometer dari Salang. Jalan menuju ke kecamatan ini juga masih teraspal sepanjang 10 kilometer, sisanya sepanjang 20 kilometer sedang dalam pengerasan.
Jika jalan ini selesai dibangun tahun 2014 maka jalan sepanjang 130 kilometer dari ibukota Sinabang menuju ke Alafan akan beraspal mulus sehingga memudahkan mobilitas warga Simeulue untuk berbagai aktifitas sehari-hari.
Sepanjang jalan dari Sinabang ke Alafan kita melihat beberapa hal menarik misalnya kerap ditemukan bukit-bukit hijau menusuk ke laut. Selain itu hal yang juga tak kalah menarik adalah ditemukan sejumlah wanita berkulit putih seperti turunan China atau mirip saudara kita Nias.
Akan tetapi yang agak menganggu dalam lintasan itu adalah sering ditemukan sejumlah kawanan kerbau dan meninggalkan (maaf) kotorannya di atas jalan beraspal mulus itu sehingga memerlukan ketrampilan ekstra hati-hati dan kesabaran mengelak kotoran itu, selain agar tidak lengket aromanya di kendaraan kita juga agar tidak terkena warga yang melintas saat berpapasan dengan kendaraan kita di “arena”  tersebut.
Pulau Simeulue kerap terkena gempa, hal ini dikarenakan posisi pulau tersebut berada pada lintasan patahan lempeng Asia dan Australia (austronesia) di Samudra Hindia. Oleh karenanya warga di pulau ini sudah duluan memahami teknik dan cara penyelematan jika dilanda gempa.
Lihat saja saat tsunami melanda pesisi barat Aceh hingga sebagian pesisir timur Aceh pada 26 Desember 2004 lalu, dapat dikatakan penduduk Simeulue tidak terlalu menderita kerugian korban jiwa. Meskipun sangat disayangkan sekitar 4 warga simeulue meninggal dunia saat itu.
Kabarnya, tahun 1907 pernah terjadi tsunami besar di kawasan ini sehingga para orang tua di pulau ini mewarisi teknik menghadapi tsunami bagi anak-anak dan cucu penerus mereka. Warga di sini menyebut tsunami dengan istilah “smong” yang bermakn “air naik.”
Pulau Simeulue yang berada pada lintasan patahan austronesia  di samudra Hindia itu menjadi salah satu penyangga amukan gelombang  tsunami untuk melindungi pulau sumatera khusunya pantai barat Aceh, satu sisi lagi menjadi “surga dunia” bagi provinsi Aceh.
Surga dalam pengertian tulisan ini tentu bukanlah dalam pengertian sebenarnya, akan tetapi Simeulue memang telah menjadi tempat yang paling indah dan aman bagi Aceh sudah banyak diketahui oleh setiap orang.
Pada masa konflik Aceh pun warga di pulau ini tidak terlalu merasakan pengaruh atau getaran politik. Warga di pulau ini hidup berdampingan dengan aman dan saling menghargai.
Beberapa suku yang mendominasi pulau ini dihuni oleh suku Nias, Padang, Aceh, Batak dan sejumlah suku asli dari Simeulue sendiri terbukti sangat kuat persatuan dan kesatuannya untuk meningkatkan kemajuan di segala bidang terutama untuk mencapai taraf ekonomi dan kemakmuran yang lebih baik dari sebelumnya.
Kota Sinabang sendiri tidaklah semaju kota provinsi atau kota kabupaten di beberapa kabupaten di provinsi Aceh, akan tetapi melihat pada tingkat kemajuan dan potensi keindahan alam serta potensi kandungan cadangan minyak yang diperkirakan mencapai 320 miliar barel di kawasan kecamatan Teupah Selatan akan membuat daerah ini menjadi kawasan impian dalam satu dekade ke depan.
Semoga warga Simeulue dapat menjaga persatuan dan kesatuan untuk meningkatkan Simeulue menjadi “Surga” bagi Indonesia dan menjadi daerah tujuan wisata ternama di dunia. Tentu saja posisinya yang unik itu menjadi penyangga dari ancaman amukan bungker tsunami di dasar Samudra Hindia.